Kamis, 21 Mei 2015

Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Indonesia



Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Indonesia
Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Indonesia rencananya akan berlangsung di Bandung dan Jakarta pada April 2015, mengusung tema kerja sama promosi perdamaian dan kesejahteraan dunia. Tema yang akan yang akan ditampilkan adalah perkuatan kerja sama selatan-selatan. Pemerintah Indonesia juga menginginkan kerja sama ini memberikan kontribusi dalam mempromosikan perdamaian dan kesejahteraan dunia.
Meskipun kini sebagian besar negara peserta Konferensi Asia Afrika sudah merdeka dari jajahan kolonialisme, namun masih banyak yang belum terlepas dari kemiskinan, inilah alasan diadakannya kembali KAA di Jakarta dan Bandung pada April 2015 mendatang. Konferensi ini masih sangat relevan untuk dilaksanakan. Kalau dulu tujuan KAA pertama seluruh negara berkumpul untuk merdeka, sekarang semua juga bekerja sama untuk mengupayakan memerdekakan negara Asia- Afrika dari kemiskinan. Salah satu agenda utama KAA di Indonesia, yang akan dihadiri oleh 109 pemimpin negara adalah mengenai kemajuan ekonomi.
Pemerintah Indonesia melalui dukungan negara-negara lainnya akan berusaha mendorong dan memajukan kerja sama selatan-selatan, yang memberikan hasil konkret dan kontribusi nyata untuk kesejahteraan negara di Asia Afrika dan juga akan merevitalisasi kemitraan strategis lainnya. Seperti diketahui, 75 persen penduduk dunia ada di Asia-Afrika. GDP di Asia-Afrika juga mencapai US$21 triliun. Sebanyak satu miliar warganya berasal dari kelas menengah, berarti ada peluang pasar yang besar. Selain masalah ekonomi, KAA juga akan mengangkat sejumlah topik, seperti solidaritas dalam politik, pembangunan, dan hubungan sosial budaya antar-negara Asia dan Afrika.
Pertemuan pejabat tinggi dari kawasan Asia-Afrika akan dihelat di Jakarta pada 22-23 April. Kemudian, pada 24 April, seluruh perwakilan negara akan menuju ke Bandung untuk melakukan prosesi napak tilas KAA.
Semakin dekat dengan waktu penyelenggaraan, persiapan panitia penyelenggara dari kementerian luar negeri dan lintas kementerian lainnya sudah maksimal. Dimana pertemuan dengan stakeholders, pimpinan redaksi media, akademisi, dan para senior untuk memberi masukan KAA telah beberapa kali dilakukan. Selain itu diseminasi informasi juga sudah terlaksana, dimana panitia sudah berkoordinasi dengan kementerian luar negeri negara lain dan kedubes mereka di Jakarta.
Ditunjuknya Indonesia menjadi tuan rumah dalam peringatan Konferensi Asia-Afrika (KAA), tentu saja menjadi momen berharga bagi Indonesia untuk kembali memberikan kontribusi bagi perdamaian dunia. Dalam sejarahnya Konferensi Asia-Afrika pertama kali digelar pada 18-24 April tahun1955.
Indonesia dan negara lainnya seperti Myanmar, Srilanka, India, dan Pakistan menjadi inisiatornya. Selain untuk mempromosikan kerja sama ekonomi dan Asia-Afrika, gerakan ini juga dianggap sebagai sikap melawan kolonialisme Amerika Serikat dan Uni Soviet serta negara imperialis lainnya. Dan discussion board ini pula yang menjadi cikal bakal terbentuknya Gerakan Non-Blok pada 1961. Selain memperingati 60 tahun Konferensi Asia Afrika, dalam perhelatan ini juga akan diperingati 10 tahun kerja sama strategis negara-negara Asia dan Afrika, New Asia-Africa Partnership Strategic (NAPS).


1. Pengaruh KAA bagi Indonesia:
 a.  Ditandatanganinya persetujuan dwi kewarganegaraan antara Indonesia dan RRC (seseorang yang memegang dwi kewarganegaraan harus memilih salah satu dan tidak memilih dapat mengikuti kewarganegaraan).
 b.  Adanya dukungan yang diperoleh , yaitu berupa keputusan KAA mengenai perjuangan merebut irian barat dalam forum PBB.
2. Pengaruh KAA bagi Negara-Negara Asia-Afrika:

Pengaruh Konferensi Asia Afrika bagi Solidaritas dan Perjuangan Kemerdekaan Bangsa di Asia dan Afrika
Konferensi Asia Afrika membawa pengaruh yang besar bagi solidaritas dan perjuangan kemerdekaan bangsa di Asia dan Afrika. Pengaruh Konferensi Asia Afrika adalah sebagai berikut.
  • Perintis dalam membina solidaritas bangsa-bangsa dan merupakan titik tolak untuk mengakui kenyataan bahwa semua bangsa di dunia harus dapat hidup berdampingan secara damai.
  • Cetusan rasa setia kawan dan kebangsaan bangsa-bangsa Asia Afrika untuk menggalang persatuan.
  • Penjelmaan kebangkitan kembali bangsa-bangsa di Asia dan Afrika.
  •  Pendorong bagi perjuangan kemerdekaan bangsa di dunia pada umumnya serta di Asia dan Afrika khususnya.
  • Memberikan pengaruh yang besar terhadap perjuangan bangsa-bangsa di Asia dan Afrika dalam mencapai kemerdekaannya.
  • Banyak negara-negara Asia-Afrika yang merdeka kemudian masuk menjadi anggota PBB.
Selain membawa pengaruh bagi solidaritas dan perjuangan kemerdekaan bangsa di Asia dan Afrika, Konferensi Asia Afrika juga menimbulkan dampak yang penting dalam perkembangan dunia pada umumnya. Pengaruh atau dampak itu, antara lain sebagai berikut.
  • Konferensi Asia Afrika mampu menjadi penengah dua blok yang saling berseteru sehingga dapat mengurangi ketegangan/détenteakibat Perang Dingin dan mencegah terjadinya perang terbuka.
  • Gagasan Konferensi Asia Afrika berkembang lebih luas lagi dan diwujudkan dalam Gerakan Non Blok.
  • Politik bebas aktif yang dijalankan Indonesia, India, Burma (Myanmar), dan Sri Lanka tampak mulai diikuti oleh negara-negara yang tidak bersedia masuk Blok Timur ataupun Blok Barat.
  • Belanda cemas dalam menghadapi kelompok Asia Afrika di PBB sebab dalam Sidang Umum PBB, kelompok tersebut mendukung tuntutan Indonesia atas kembalinya Irian Barat ke pangkuan RI.
  • Australia dan Amerika Serikat mulai berusaha menghapuskan diskriminasi ras di negaranya.
Konferensi Asia Afrika dan pengaruhnya terhadap solidaritas antarbangsa tidak hanya berdampak pada negara-negara di Asia dan Afrika, tetapi juga bergema ke seluruh dunia
3. Pengaruh KAA bagi Dunia:
a. Berkurangnya ketegangan dunia
 b.  Amerika Serikat dan Australia mulai berusaha menghapuskan ras diskriminasi di negaranya.
 c. Munculnya organisasi Gerakan Non-Blok (GNB) yang bertujuan meredakan perselisihan paham dari Blok Barat dan Blok Timur.
d. Belanda mulai kebingungan menghadapi Blok Afro-Asia di PBB.

 Berikut ini makna dan arti penting terselenggaranya KAA:
 1. Merupakan pendorong kemerdekaan bangsa-bangsa Asia-Afrika untuk lepas dari cengkraman imperialism dan kolonialisme barat.
2. Menjadi pendorong lahirnya Gerakan Nonblok.
3. Merupakan pencetus semangat solidaritas dan kebangkitan negara Asia-Afrika dalam menggalang persatuan.
4. Memberikan harapan baru bagi bangsa-bangsa yang sudah maupun belum merdeka.
5. Mulai diikutinya politik luar negeri bebas dan aktif yang dijalankan oleh Indonesia, India, Myanmar, dan Sri Lanka.
6. Kembali bangkit dan sadarnya bangsa-bangsa Asia-Afrika akan potensi yang dimiliki.
7. Diakuinya nilai-nilai Dasasila Bandung oleh negara-negara maju karena terbukti memiliki kemampuan dalam meredakan ketegangan dunia.
 8. Mulai dihapuskannya praktik-praktik politik diskriminasi ras oleh negara-negara maju.






Drs. Prawoto, M.Pd, dkk, 2006, Seri IPS: Sejarah 3, Bandung: Yudhistira Ghalia Indonesia. Hal 139

http://www.gurusejarah.com/2013/06/konferensi-asia-afrika.html

Jumat, 08 Mei 2015

IDENTITAS NASIONAL



Apa itu Identitas Nasional?
Kita sering dibenturkan dengan istilah globalisasi dalam segala aspek. Dari mulai IPTEK, Ilmu Sosial, Politik, Budaya, Filsafat dll. Berangkat dari segala fenomena tersebut Indonesia sebagai negara bangsa dituntut untuk berkontribusi dalam pentas global sekaligus tetap menyaring arus globalisai dan menjaga identitas sebagai negara bangsa yang besar lagi mahaya kaya budaya.Telah disinggung sebelumnya mengenai pentingnya Indonesia menjaga Identitas sebagai negara bangsa. Namun apakah yang dimaksud dengan Identitas Nasional ?Identitas dalam buku Pendidikan Kewarganegaraan (civic education) adalah ungkapan nilai-nilai budaya suatu bangsa yang bersifat khas dan membedakannya dengan bangsa lain. Menjadikan identitas nasional sebagai dasar yang kontekstual dan relative adalah cara yang tepat untuk menjadikan negara kita yang fleksibel sekaligus tegas dalam menghadapi tantangan zaman dalam globalisasi tersebut.Secara umum ada beberapa unsur yang terkandun dalam identitas nasional, yaitu:
1. Pola perilaku : Adat istiadat, budaya ataupun kebiasaan ditengah masyarakat yang merupakan salah satu bukti bahwa Indonesia memiliki kearifan lokal yang sangat luhur serta mulia sifatnya.
2. Lambang-lambang : Kita mempunyai fungsi aksentuasi terhadap tujuan negara yang diimplementasikan oleh bendera, lagu kebangsaan, dann bahasa yang tentu saja dilindungi Undang-undang.
3. Alat-alat perlengkapan : Ini berfungsi sebagai faktor produksi atau alat perubahan baik dimensi ekonomi maupun budaya sekaligus berkaitan tentang sosial bermisal: Rumah Ibadah, alat transportasi, ciri khas kebangsaan dll.
4. Tujuan yang ingin dicapai : Ini berfungsi dari tujuan yang bersifat dinamis dan kontekstua diantaranya seperti budaya unggul karena sebagai yang mendiami sebuah bangsa  dijamin kesejahteraannya oleh UUD.
Adapun unsur-unsur pembentukan identitas nasional adalah:
1. Sejarah
Dibalik Indonesia sebagai negara yang mapan sepeti sekarang, terselip romantisme masa lalu ketika zaman kerajaan-kerajaan nusantara yang mempunyai Track-record yang gemilang dan kini menjadi cambuk bagi masyarakat kekinian.
2. Kebudayaan
Aspek ini diambil dilatarbelakangi oleh Indonesia yang mempunyai nilai-nilai luhur ilmu pengetahuan yang berkembang pesat dari zaman ke zaman adalah salah satu bukti bahwa kebudayaaan mempunyai peranaan penting dalam idnetitas sebuah bangsa khususnya Indonesia.
3. Suku Bangsa
Indonesia yang kaya akan suku bangsa ini adalah tonggak persatuan dalam perbedaan yang berasal dari kemajemukan yang dirawat dari founding Father kita sampai generasi kita dan masa depan.
4. Agama
Keragaman agama di Indonesia adalah berkah yang memberikan persatuan dalam segala makna dalam payung Pluralisme serta ditopang dengan UUD dan Pancasila yang menjamin semua warga negara untuk beragama.
5. Bahasa
Bahasa Indonesia yang menjadi bahasa pemersatu sebuah bangsa besar ini adalah identitas yang nyata untuk mempersatukan Indonesia secara besar dalam keanekaragaman suku bangsa serta budaya.
Pancasila adalah solusi utama dalam menyaring globalisasi secara utuh dan konsisten. Dan salah satu yang digariskan dalam Pancasila adalah nilai Multikulturalisme yang teramat kental dimana yang mempunyai  esensi sebagai proses masyarakat yang egalitarianisme yaitu masyarakat yang dengan tangan terbuka menerima perbedaan dari kelompok-kelompok masyarakat sebagai persatuan tanpa memperdulikan adanya suku, ras, agama, gender, budaya dll.Perlu ada nya penekanan kembali tentang urgensi ketahanan nasioal yang kini mulai agak lemah, pengertian dari ketahana nasional adalahkondisi dinamis suatu bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi segala sesuatu yang datang dari dalam maupun luar negeri.Memelihara dan menjaga segala yang sudah baik dari kinerja bangsa dan negara dimasa lampau, mengoreksi segala kekurangannya, sambil merintis pembaharuan untuk menjawab tantangan masa depan itulah inti dari reformasi. Implementasi kehidupan berbangsa dan bernegara masa lalu memerlukan identifikasi, mana yang masih perlu pertahankan dan mana yang harus diperbaiki. Langkah ini mutlak dilakukan dalam upaya pemantapan kebijaksanaan nasional untuk menyongsong dan mencapai masa depan bangsa yang aman dan sejahtera.Generasi orangtua sekarang merupakan produk dari sistem pendidikan yang tidak mengajarkan pentingnya identitas nasional. Makanya, mereka tumbuh dengan menganggap remeh hal-hal yang sebenarnya fundamental dalam membentuk kepribadian seorang Indonesia. Minimnya kebijakan yang menghasilkan suasana kondusif bagi pendidikan nasional membuat masyarakat, terutama orangtua, beralih fungsi ke kurikulum asing. Padahal hal itu dapat mengakibatkan kesadaran bangsa atas identitas nasional melemah dan beresiko mencetak generasi yang tidak peduli kesejahteraan bangsa. Saat ini, arah pembangunan tidak lagi sejalan dengan jiwa UUD 1945, dimana pembangunan Indonesia mempersiapkan memasuki peradaban global, tetapi tidak memperkuat akar ke Indonesiaan.Identitas Nasional Indonesia menjadi terganggu dan bermasalah, salah satunya adalah maraknya tentang Globalisasi. Jaman Globalisasi sendiri dapat mempengaruhi bangsa ini dari sisi nilai-nilai budaya bangsa Indonesia. Era Globalisasi tersebut mau tidak mau, suka tidak suka telah datang dan menggeser nilai-nilai yang telah ada sejak dulu. Nilai-nilai tersebut, ada yang bersifat positif ada pula yang bersifat negatif. Semua ini merupakan ancaman, tantangan, dan sekaligus sebagai peluang bagi bangsa Indonesia untuk berkreasi dan berinovasi di segala aspek kehidupan.
Di dalam pergaulan antar bangsa yang semakin kental itu, akan terjadi proses akulturasi, saling meniru, dan saling mempengaruhi di antara budaya masing-masing, menjadikan setiap perbedaan adalah pembelajaran yang wajib di ikuti dan di lakukan. Untuk itu, berdasarkan sila persatuan Indonesia, pendidikan dan pembangunan sosial budaya dikembangkan atas dasar penghargaan terhadap nilai sosial yang beragam dari seluruh wilayah nusantara menuju pada tercapainya rasa persatuan sebagai bangsa. Harus ada pengakuan dan penghargaan terhadap pendidikan dan budaya dan kehidupan sosial berbagai kelompok bangsa Indonesia sehingga mereka merasa dihargai dan diterima sebagai warga bangsa. Dengan rasa persatuan dan kesatuan yang terjalin antar masyarakat Indonesia akan menjadi identitas bangsa kita. Seperti gotong royong yang sejak dulu menjadi budaya bangsa Indonesia perlu dipertahankan dan dilestarikan di masa mendatang karena itu merupakan identitas nasional bangsa Indonesia di mata dunia.Memelihara dan menjaga segala yang sudah baik dari kinerja bangsa dan negara dimasa lampau, mengoreksi segala kekurangannya, sambil merintis pembaharuan untuk menjawab tantangan masa depan itulah inti dari reformasi. Implementasi kehidupan berbangsa dan bernegara masa lalu memerlukan identifikasi, mana yang masih perlu pertahankan dan mana yang harus diperbaiki. Langkah ini mutlak dilakukan dalam upaya pemantapan kebijaksanaan nasional untuk menyongsong dan mencapai masa depan bangsa yang aman dan sejahtera.Generasi orangtua sekarang merupakan produk dari sistem pendidikan yang tidak mengajarkan pentingnya identitas nasional. Makanya, mereka tumbuh dengan menganggap remeh hal-hal yang sebenarnya fundamental dalam membentuk kepribadian seorang Indonesia. Minimnya kebijakan yang menghasilkan suasana kondusif bagi pendidikan nasional membuat masyarakat, terutama orangtua, beralih fungsi ke kurikulum asing. Padahal hal itu dapat mengakibatkan kesadaran bangsa atas identitas nasional melemah dan beresiko mencetak generasi yang tidak peduli kesejahteraan bangsa. Saat ini, arah pembangunan tidak lagi sejalan dengan jiwa UUD 1945, dimana pembangunan Indonesia mempersiapkan memasuki peradaban global, tetapi tidak memperkuat akar ke Indonesiaan.Identitas Nasional Indonesia menjadi terganggu dan bermasalah, salah satunya adalah maraknya tentang Globalisasi. Jaman Globalisasi sendiri dapat mempengaruhi bangsa ini dari sisi nilai-nilai budaya bangsa Indonesia. Era Globalisasi tersebut mau tidak mau, suka tidak suka telah datang dan menggeser nilai-nilai yang telah ada sejak dulu. Nilai-nilai tersebut, ada yang bersifat positif ada pula yang bersifat negatif. Semua ini merupakan ancaman, tantangan, dan sekaligus sebagai peluang bagi bangsa Indonesia untuk berkreasi dan berinovasi di segala aspek kehidupan.Di dalam pergaulan antar bangsa yang semakin kental itu, akan terjadi proses akulturasi, saling meniru, dan saling mempengaruhi di antara budaya masing-masing, menjadikan setiap perbedaan adalah pembelajaran yang wajib di ikuti dan di lakukan. Untuk itu, berdasarkan sila persatuan Indonesia, pendidikan dan pembangunan sosial budaya dikembangkan atas dasar penghargaan terhadap nilai sosial yang beragam dari seluruh wilayah nusantara menuju pada tercapainya rasa persatuan sebagai bangsa. Harus ada pengakuan dan penghargaan terhadap pendidikan dan budaya dan kehidupan sosial berbagai kelompok bangsa Indonesia sehingga mereka merasa dihargai dan diterima sebagai warga bangsa. Dengan rasa persatuan dan kesatuan yang terjalin antar masyarakat Indonesia akan menjadi identitas bangsa kita. Seperti gotong royong yang sejak dulu menjadi budaya bangsa Indonesia perlu dipertahankan dan dilestarikan di masa mendatang karena itu merupakan identitas nasional bangsa Indonesia di mata dunia.